Beranda Sumatera Selatan Kisah Heaven Lights, Bisnis Sampingan Kakak Beradik yang Tembus New York Fashion...

Kisah Heaven Lights, Bisnis Sampingan Kakak Beradik yang Tembus New York Fashion Week

174
0

Berawal dari usaha sampingan kakak-beradik, Heaven Lights mampu membuktikan eksistensinya di pasar global lewat New York Fashion Week (NYFW) 2023.

Head of PR and Marketing Heaven Lights, Anastasia Gretti Schender menceritakan sedikit sejarah dari awal bermulanya brand Heaven Lights.

Clothing Brand yang menawarkan Hijab Fashion sebagai produk utamanya ini bermula dari sebuah bisnis kecil sampingan yang dibangun oleh sepasang kakak-beradik, Jihan Malik dan Emma Malik di tahun 2013.

“Awalnya sebenarnya mereka tidak menyangka Heaven Lights bisa menjadi sebesar ini”, ujar Anastasia atau yang akrab disapa Gege dalam acara Media Gathering bersama Tokopedia di Hallf Patiunus, Jakarta, Senin (17/10/2022).

Gege juga menyampaikan, awal mula berdirinya Heaven Lights adalah dari permasalah sehari-hari Jihan dan Emma sebagai perintis yang kesulitan mencari variasi pakaian modest untuk wanita berhijab dengan harga yang masih terjangkau.

Mereka pun memulai usaha dengan melakukan proses kurasi material fashion sendiri dan banyak mencari bahan di pasar. Tahap distribusi produk pakaian pun dilakukan secara pribadi, termasuk pemasarannya.

“Jadi, memang benar-benar dari nol banget Heaven Lights itu. Yang posting (konten) Kak Jihan, yang menjadi model Kak Emma, balas WhatsApp, packing, semuanya sendiri,” tambah Gege.

Pada tahun kedua setelah merintis, Heaven Lights mulai berani untuk memproduksi sendiri produknya mulai dari desain hingga teknik pembuatannya meskipun masih dalam skala kecil.

Sembilan tahun berjalan, kini Heaven Lights sudah menjadi brand Hijab Fashion ternama di dalam negeri bahkan mulai menunjukkan eksistensinya di pasar global.

Berawal dari mimpi untuk memajukan industri Hijab Fashion dan menembus pasar global, untuk pertama kalinya Heaven Lights dapat menunjukkan produk mereka di New York Fashion Week 2023 dengan dukungan dari Tokopedia.

“Jadi, sebenarnya proses kurasinya itu susah banget. Kita sempat dipandang sebelah mata, itu ada banget. Cuma memang Heaven Lights setiap tahunnya pasti memiliki dua agenda utama, yaitu annual show dan kita selalu bermimpi untuk bisa show internasional, bagaimana pun caranya,” tutur Gege.

Gege menceritakan lebih jauh bahwa Heaven Lights di tahun lalu bisa menjadi salah satu brand yang mengisi Dubai Modest Fashion Week 2022, sebelum akhirnya mereka dapat melakukan annual show dan pergi ke New York Fashion Week 2023 dengan bantuan serta dukungan Tokopedia.

Sempat dipandang sebelah mata tidak membuat Heaven Lights kehilangan sinarnya. Heaven Lights tetap bisa membuktikan diri dengan portofolio annual show mereka yang terakhir kepada pihak NYFW.

“Mereka amaze melihat koleksi kita, set decornya, ternyata brand ini proper banget. Termasuk Instagram, campaign-campaign kita, sampai akhirnya kita lolos kurasi, lalu kita juga di-support sama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di New York,” ujar Gege.

Tantangan dan Kunci Kesuksesan Hadapi Komentar Konsumen

Tentu cerita Heaven Light tersebut bisa menjadi inspirasi bagi sesama brand lokal Indonesia, utamanya bagi mereka yang bergerak di bidang fashion.

Suatu usaha lokal yang bermula dari skala kecil pun bisa menjadi besar dan menembus pasar internasional, hingga akhirnya menginspirasi banyak orang dan menjadi kebanggaan masyarakat dalam negeri.

Salah satu kunci yang disampaikan oleh Gege yang juga menjadi semangat pemilik dan Heaven Lights sebagai brand adalah untuk tak perlu merasa rendah diri atau bahkan marah ketika ada suara konsumen yang menyakitkan.

“Saat kita mendapatkan saran yang agak menusuk, kalau dari owner kita, Mbak Jihan dan Mbak Emma itu gak apa-apa. Artinya kalau dia (konsumen) berkomentar seperti itu, dia sayang sama kita, memberikan perhatian kepada kita,” ungkap Gege.

Tantangan semacam itu tentu juga pernah dirasakan oleh Heaven Lights, misalnya ketika terdapat produk dengan penjualan yang lebih kecil dari pada biasanya.

Justru di saat ada opini atau komentar negatif dari konsumen itulah, mereka menjadi lebih terpacu.

“Berarti mereka (konsumen) memiliki ekspektasi lebih untuk kita, berarti sebenarnya kita bisa nih melakukan yang lebih baik,” ujar Gege.

Gege menyampaikan, mungkin di saat seperti itu, sebuah brand bisa menjadikan komentar konsumen sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki dan mengembangkan produk serta layanannya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini